Jumat, 30 Maret 2018

ASKEP TUMOR MEDULA SPINALIS

A. Pengertian
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995)


(Sumber : pennstatehershey.adam.com)

B. Klasifikasi
1. Tumor Intradural
Berbeda dengan tumor ekstradural tumor intradural pada umumnya jinak :
Tumor Ekstramedular : Terletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian besar tumor di daerah ini merupakan neurofibroma atau meningioma jinak
- Tumor Intramedular : Berasal dari dalam medula spinalis itu sendiri
2. Tumor Ekstradural
- Tumor ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal, dan lambung
- Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruangan ekstradural. Neoplasma ekstradural dalam ruangan ekstradural biasanya karsinoma dan limfoma metastase
3. Manifestasi klinis
ð  Tumor ekstradural

- Nyeri yang digambarkan sebagai konstan dan terbatas pada daerah tumor diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom

- Nyeri paling hebat pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh gerakan tulang belakang dan istirahat baring

- Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengedan

- Nyeri dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum keterlibatan medula spinalis.
- Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali

- Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar

- Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang irreversible

- Gangguan buang air besar dan buang air kecil

ð Tumor intradural
Perjalanan klinis dapat lebih lambat dan berlangsung selama berbulan-bulan.
-  Berkurangnya persepsi nyeri dan suhu kontralateral dibawah tingkat lesi
- Penderita mengeluh nyeri, mula mula pada punggung dan kemudian sepanjang akar-akar spinal
- Nyeri diperhebat oleh gerakan, batuk, bersin, atau mengedan dan paling berat pada malam hari ( nyeri pada malam hari disebabkan oleh traksi pada akar-akar yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari gravitasi.
-  Parestesia dan berlanjutnya defisit sensorik proprioseptif

C. Etiologi
Faktor Resiko tumor dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia, faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu (Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis
D. Patofisiologi
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak.

Terutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang belakang

Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor

Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine. (Long C, Barbara, 1996)

D. Penatalaksanaan         
ð  Stabilisasi : fusi spinal
ð  Pengobatan : relaksan otot, transquilizer, anti koagulan, laksatif, antasida dan steroid.
ð  Tumor Ekstradural
ð  Tumor Intradural

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik secara umum dapat dilakukan :
ð  Pemeriksaan sinar X
ð  CT. Scan
ð  MRI
ð  Analisa Gas Darah
ð  Elektrolit
ð  Tumor Ekstradural 
-  Radiogram tulang belakang
Akan memperlihatkan osteoporosis atau kerusakan nyata pada korpus vertebra dan pedikel
-  Myelogram
Memastikan lokalisasi tumor
- Pemeriksaan LCS
Akan memperlihatkan peningkatan kadar protein dan kadar glukosa yang normal
ð  Tumor Intradural
- Radiogram  tulang punggung memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikel yang berdekatan
-   Myelogram
Menentukan lokalisasi yang cepat

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD ASKEP LENGKAP

SUMBER PUSTAKA
Long C, Barbara. Perawatan Medikal Bedah. Volume 2. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran; 1996
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.Volume 3. Jakarta : EGC; 2002
Padmosantjojo, R.M, Keperawatan bedah saraf, bagian bedah saraf, FKUI, 2000
Brunner & Sudarth, 2003,  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC, jakarta
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997, Diagnosa Keperawatan , ed 6, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, jakarta
Sylvia A. Price,  Alih  bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta

Selasa, 20 Maret 2018

ASKEP PENURUNAN KESADARAN

A. Pengertian
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. (Corwin, 2001) Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.(Padmosantjojo, 2000 )


(Sumber : hawaiipublicradio.org)
Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu :
1. Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dalam.
2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness
Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
3. Stupor / Sopor
Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua kata Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.
4. Soporokoma / Semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.
5. Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik. ( Harsono , 1996 )

B. Etiologi
Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan – kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah  “ SEMENITE “ yaitu :
1.      S  : Sirkulasi
Meliputi stroke dan penyakit jantung
2.       : Ensefalitis
Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
3.      : Metabolik
Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum
4.       : Elektrolit
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan.
5.      N  : Neoplasma
Tumor otak baik primer maupun metastasis
6.      I   : Intoksikasi
Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran
7.      T  : Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.
8.      E  : Epilepsi
Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan penurunan kesadaran. 
( Harsono , 1996 )

C. Manifestasi Klinis
Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
1.    Penurunan kesadaran secara kwalitatif
2.    GCS kurang dari 13
3.    Sakit kepala hebat
4.    Muntah proyektil
5.    Papil edema
6.    Asimetris pupil
7.    Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif
8.    Demam
9.    Gelisah
10.     Kejang
11.     Retensi lendir / sputum di tenggorokan
12.     Retensi atau inkontinensia urin
13.     Hipertensi atau hipotensi
14.     Takikardi atau bradikardi
15.     Takipnu atau dispnea
16.     Edema lokal atau anasarka
17.     Sianosis, pucat dan sebagainya

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab penurunan kesadaran yaitu :
1. Laboratorium darah
Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ).
2. CT Scan
Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak
3. PET ( Positron Emission Tomography )
Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor otak
4. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography )
Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.
5. MRI
Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.
6. Angiografi serebral
Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi arteriovena.
7. Ekoensefalography
Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral yang luas dan neoplasma.
8. EEG ( elektroensefalography )
Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses, jaringan parut otak, infeksi otak
9. EMG ( Elektromiography )
Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit lain.

E. Pengkajian Primer
1. Airway
a.       Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas
b.      Terjadi penurunan kesadaran
c.       Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
d.      Penggunaan otot-otot bantu pernafasan
e.       Gelisah
f.       Sianosis
g.      Kejang
h.      Retensi lendir / sputum di tenggorokan
i.        Suara serak
j.        Batuk
2. Breathing
a.       Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
b.      Sianosis
c.       Takipnu
d.      Dispnea
e.       Hipoksia
f.       Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi
3. Circulation
a.       Hipotensi / hipertensi
b.      Takipnu
c.       Hipotermi
d.      Pucat
e.       Ekstremitas dingin
f.        Penurunan capillary refill
g.      Produksi urin menurun
h.      Nyeri
i.        Pembesaran kelenjar getah bening

F. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah klien pernah menderita :
a.        Penyakit stroke
b.       Infeksi otak
c.        DM
d.       Diare dan muntah yang berlebihan
e.        Tumor otak
f.        Intoksiaksi insektisida
g.       Trauma kepala
h.       Epilepsi dll.

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLIAD ASKEP LENGKAP

Senin, 19 Maret 2018

ASKEP MIGRAINE

A. Pengertian
Migraine adalah nyeri kepala rekuren, idiopatik, yang bermanifestasi sebagai serangan – serangan yang berlangsung antara 4 – 72 jam. Ciri – ciri nyeri kepala yang khas besifat unilateral, berdenyut – denyut, dengan intensitas nyeri dari sedang hingga berat dan diperburuk oleh aktifitas fisik rutin dengan fotofobia atau fonofobia.


Disfungsi autonomik pembuluh darah dikulit kepala mengakibatkan tumbuhnya nyeri kepala yang dikenal sebagai migren. Sebenarnya mekanisme migren belum semuanya jelas. Tetapi banyak faktor – faktor yang menungkapkan bahwa prodram dini dari migraine pasti terkait pada vaso konstriksi arteri intra kranial.
( Sumber : apexphysio.com.au)
Gejala yang khas pada tahap dini ialah timbulnya skotoma dan wajah yang pucat. Prodrom itu disusul dengan timbulnya nyeri kepala sesisi dan wajah menjadi merah. Tidak lama kemudian timbul muntah – muntah, edema selaput lendir hidung, jari – jari tangan dan kaki.Gejala tersebut dianggap sebagai manifestasi tahap vasodolatasi arteri ekstra kranial.

Apa yang menyebabkan disfungsi pembuluh darah masih belum diketahui, tetapi mungkin sekali suatu gangguan bawaan, karena faktor familial dan hereditas jelas ada pada migraine. ( Prof Dr. Mahar Mardjono, Neurologi klinis )

Diantara sekian banyak jenis nyeri kepala, migraine merupakan jenis yang paling banyak diteliti dan dibicarakan, disamping penyebab yang masih misteri, maka insidennya yang cukup banyak mendorong para ahli untuk menelitinya.

Aretaeusi ( 80 AD ) merupakan salah seorang peneliti nyeri kepala pada zamannya dan dialah yang  pertama menguraikan gejala nyeri kepala yang mempunyai profile khas. Ia memperkenalkan jenis ini dengan nama “ HETEROCRANIA “ yang berarti nyeri kepala.


Oleh Galen 50 tahun kemudian diubah menjadi “ HEMICRANIA “ dan kemudian para ahli dari prancis mengubahnya lagi kedalam bahasa mereka sebagai “ MEGRIM “ untuk jelasnya kata – katanya menjadi “ MIGRAINE “    ( Dr. Sidiarto. K )

B. Ethiologi
Lokasi nyeri kebanyakan sesisi, tetapi dapat pula seluruh kepala, dan yang paling sering didaerah pelipis, temporal, dapat pula di frontal dan oksipital. Dapat pula nyeri dimulai dari temporal atau oksipital kemudian menjalar ke daerah lain atau seluruh kepala. ( Dr. Sidiarto. M, Nyeri Kepala menahun )

C. Pathogenesis
Biarpun migraine sudah dikenal sejak lama, tidak banyak yang diketahui tentang pathogenesisnya. Kemajuan teknologi telah berubah banyak, sehingga salam abad terakhir ini banyak diketahui hal – hal yang terjadi disekitar dan selama serangan migraine.

Ada dua pendapat yaitu pengamat kelompok teori vasogen yang beranggapan bahwa serangan migraine disebabkan oleh perubahan aliran darah dikepala, sedangkan pengamat teori neurogen beranggapan bahwa perubahan primer pada serangan migraine terjadi pada jaringan otot sendiri.

D. Klasifikasi Migraine
Klasifikasi migraine yang digunakan sekarang adalah klasifikasi yang dikeluarkan oleh “ International Headache Society “ ( HIS 1988 ), yaitu :

a.Migraine tanpa aura ( migraine without aura )
Sebelum disebut mgraine umum atau hemi krania simplek Deskripsinya adalah nyeri kepala idioplastik berulang dengan lama serangan 4 jam sampai 72 jam. Karakteristik yang khas berupa lokasi unilateral, kualitas berdenyut. 

b. Migraine dengan aura ( migraine with aura )
Sebelum disebut dengan migraine klasik, migraine oftalmik, migraine hemiplegi, migraine afasia, migraine komplikata. Deskripsinya adalah kelainan idioplastik yang berulang, lokasi di cortek cerebra atau batang otak, timbul secara bertahap dalam waktu 5 – 20 menit.

c. Migraine oftalmoplegi ( oftalmoplegie migraine )
Adalah serangan nyeri kepala berulang disertai paresis satu atau lebih dari syaraf kranials untuk mata, tanpa adanya lwsi intra kranial.

d. Migraine Retina.
Adalah serangan skotoma atau buta monokuler yang berulang yang berlangsung kurang dari 1 jam dengan atau tanpa nyeri.

E. Hubungan Antara Kecemasan dengan Migrain
Sudah lebih dari 100 tahun hubungan antara faktor psikologik dan nyeri kepala diteliti. Faktor emosional sering kali mencetuskan nyeri kepala terutama migraine. Tiga type dari nyeri kepala yang palingsering dihubungkan dengan fakktor psikologik adalah migraine lebih banyak dipelajari secara intensive dibandingkan daripada bentuk – bentuk lainnya.


Biasanya penderita migraine mempunyai kepribadian yang spesifik ( perfek, ambisius, kaku ) sebagai suatu kelompok, pasien dengan migraine biasanya intelegen dan perfeksionis dan mereka adalah orang yang berkemampuan menghadapi krisis sehari – hari. Namun dalam adaptasi terhadap perubahan hidup seperti masa remaja, menstruasi, perpisahan dari keluarga dan rumah, ganti pekerjaan, perkawinan , peran sebagai orang tua, atau mendapat kedudukan tinggi, ternyata kemampuan untuk mengatasi masalah yang biasanya baik, menjadi kurang baik dan oleh sebab iu serangan nyeri kepala lalu timbul

F. Krangka Teori dan Konsep
Keterangan :
1.  Cemas banyak dijumpai pada penderita migraine
2.  Ada hubungan antara derajat intensitas sakit dengan beratnya cemas akibat migraine
3.  Ada hubungan antara lamanya sakit dangan beratnya cemas pada penderita migraine

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD ASKEP KOMPLIT

Jumat, 16 Maret 2018

ASKEP NYERI PUNGGUNG BAWAH

A. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya(2) . Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1 (2,4).

(Sumber : squareonephysio.ca)

B. Etiologi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).  Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (2,4)

C. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain(1,3).

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi  yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat(1,3).

(Sumber : continentalhospitals.com)
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi  nyeri(1,3).

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung(2,4).

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut (2,4).

D. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya engeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.

Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.

Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja (2,4).

E. Evaluasi Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri punggung bawah. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis. Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang (2).

F. Penatalaksanaan
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.

Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.

Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia (2,4).


(Sumber : today.uconn.edu)
G. Pengkajian
Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (missal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk pendidikan kesehatan.

Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi terhadap postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapay menimbulkan nyeri punggung bawah (2).

H. Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri b.d masalah muskuloskeletal
2.    Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
3.    Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
4.    Perubahan kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5.    Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas

I. Intervensi dan Implementasi
1. Meredakan Nyeri
Untuk mengurangi nyeri perawat dapat menganjurkan tirah baring dan pengubahan posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal. Pasien diajari untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dilakukan melalui pernafasan diafragma dan relaksasi dapat membantu mengurangi tegangan otot yang berperan pada nyeri punggung bawah. Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan aktifitas lain missal membaca buku, menonton TV maupun dengan imajinasi (membayangkan hal-hal yang menyenangkan dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).

Masase jaringan lunak dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah dan mengurangi pembendungan serta mengurangi nyeri. Bila diberikan obat perawat harus mengkaji respon pasien pada setiap obat.

2. Memperbaiki Mobilitas Fisik
Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji bagaimana pasien bergerak dan berdiri. Begitu nyeri punggung berkurang, aktifitas perawatan diri boleh dilakukan dengan regangan yang minimal pada struktur yang cedera. Perubahan posisi harus dilakukan perlahan dan dibatu bila perlu. Gerakan memutar dan melenggok perlu dihindari. Pasien didorong untuk berganti-ganti aktifiats berbaring, duduk dan berjalan-jalan dalam waktu lama. Perawat perlu mendorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan, latihan yang salah justru tidak efektif.

3.  Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat barang dengan benar.

4. Pendidikan Kesehatan
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat barang dengan benar

5. Memperbaiki Kinerja Peran
Tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mungkin telah berubah sejak terjadinya nyeri punggung bawah. Begitu nyeri sembuh, pasien dapat kembali ke tanggung jawab perannya lagi. Namun bila aktifitas ini berpengaruh terhadap terjadinya nyeri pungung bawah lagi, mungkin sulit untuk kembali ke tanggung jawab semula tersebut tanpa menanggung resiko terjadinya nyeri pungggung bawah kronik dengan kecacatan dan depresi yang diakibatkan.

6. Mengubah nutrisi dan penurunan berat badan
Penurunan BB melalui penyesuaian cara makan dapat mencegah kekambuhan nyeri punggung, dengan melalui rencana nutrisi yang rasional yang meliputi perubahan kebaisaaan makan untuk mempertahankan BB yang diinginkan.

J. Evaluasi
1.    Mengalami peredaan nyeri
-          Istirahat dengan nyaman
-          Mengubah posisi dengan nyaman
-          Menghindari ketergantungan obat
2.    Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
-          Kembali ke aktifitas secara bertahap
-          Menghindari posisi yang menyebabkan yang menyebabkan ketidaknyamanan otot
-          Merencanakan istirahat baring sepanjang hari
3.    Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung
-          Perbaikan postur
-          Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung
-          Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik
-          Berpartisipasi dalam program latihan
4.    Kembali ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran
-          Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri dengan situasi stress
-          Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk perawatan diri
-          Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh
-          Kembali ke gaya hidup yang produktif penuh
5.    Mencapai BB yang diinginkan
-          Mengidentifikasi perlunya penurunan BB
-          Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan BB
-          Setia dengan program penurunan BB

Daftar Pustaka :
1.    Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
2.    Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
3.    Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
4.    Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997